Rabu, 24 Februari 2010

Kisah Perangkap Tikus

0 komentar
Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang.. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus"

Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata "
Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.

Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri terkena gigitan ular tersebut. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.
Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)

Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.

Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Kisah tentang tikus diatas mungkin sudah pernah kita dengar sebelumnya. Setelah membaca renungan mengenai kisah tersebut, pastinya kita mendapatkan pelajaran baru dari sana. Hal yang saya dapat dari kisah di atas terutama mengenai tolong menolong. Mungkin kita pernah mendengar permintaan tolong dari seseorang, dan menganggap itu bukan hal penting. Apalagi jika hal tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan kita. Terkadang pendapat-pendapat tersebutlah yang menyebabkan kita menjadi malas untuk menolong orang.

Sebenarnya untuk menolong seseorang kita tidak membutuhkan alasan. Terkadang sebelum menolong seseorang kita melihat dulu dari kondisi materi orang tersebut ataupun hubungan orang tersebut dengan kita. Pendapat-pendapat seperti ini adalah pendapat dan cara pandang yang salah. Di setiap Agama pun pastinya tertulis bahwa untuk menolong orang kita tidak perlu memandang bulu (melihat kondisi mengenai orang tersebut atau hal-hal lain). Dalam menolong orang yang kesusahan saya rasa yang kita butuhkan hanyalah KASIH. nilai dari KASIH inilah yang kita butuhkan dan harus senantiasa kita tanamkan dalam diri kita masing-masing.

Tanpa memandang bulu kita harus menolong orang-orang yang kesusahan dan butuh pertolongan di sekitar kita. Karena kita semua bersaudara. Ketahuilah meskipun dengan menolong orang kita tidak mendapatkan apa-apa di dunia ini, tapi kita pasti mendapatkan sesuatu di Surga nanti, AMEN.